Sabtu, 13 Juni 2015

Mecobalamin untuk Terapi Neuropati Diabetik

Mecobalamin untuk Terapi Neuropati Diabetik


Nyeri neuropati diabetik merupakan komplikasi yang umum terjadi pada pasien diabet­es, terutama yang telah meng­alami diabetes dalam wakt­u yang lama. Sebanyak 60-70% pasien diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2, mengalami komplikasi saraf tepi ringan hingga berat. Komplikasi neuropati diabetik diawali dengan nyeri ringan atau kesemutan hing­ga akhirnya bisa terjadi kon­sek­u­ensi yang cukup fatal seperti amputasi.
Demikian di­samp­ai­kan oleh dr. Ahmad Yanuar, SpS mengawali presentasinya pada simposium dengan topik “Painful Diabetic Neuropathy. Simpo­sium ini merupakan bagian dari kegiatan Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran (KPPIK­) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada Minggu, 1 Juni 2014, di Hotel Shangri-La, Jakarta.
Menurut dr. Ahmad Yanuar, SpS, terdapat beberapa klasifikasi neuropati diabetik, tetapi yang paling banyak dijumpai adalah distal simetrik polineuro­pati. Gejalanya bersifat simetris dan berlangsung kronis. Biasa­nya dimulai dengan adanya gangguan pada serabut-serabut halus (small fiber) disertai keluhan nyeri, kesemutan, rasa panas, dan alodinia pada bagian distal tungkai. Kondisi ini juga kerap memudahkan terjadinya ulkus pada kaki sehingga mening­katkan risiko amputasi. Selanjutnya, neuropati dapat mengenai saraf otonom dengan gejala hipotensi postular, irama jantung tidak teratur, disfungsi ereksi, serta mual atau diare.
Pasien yang dicurigai meng­alami neuropati diabetik yaitu pasien dengan kontrol gula darah yang buruk, pasien yang telah lama menderita diabetes, dan pasien yang memiliki faktor risiko lain seperti merokok dan alkoholik. Durasi sangat menen­tu­­kan timbulnya neuropati diabetik. Menurut data, pada awal diagnosis diabetes angka keja­dian­nya kurang dari 10%, tetapi setelah 10 tahun angka ke­ja­di­an­nya meningkat hingga 40%.
Pendekatan diagnostik neuropati diabetik dapat dilakukan dengan pemeriksaan neurologis untuk melihat adanya perbedaan yang jelas antara orang normal dengan penderita diabetes. “Pemeriksaan yang lebih sensitif lagi untuk menilai ada­nya neuropati diabetik yaitu menggunakan Nerve Conduction Studies, tetapi jarang dijumpai pada praktik sehari-hari,” ungkap dr. Ahmad Yanuar, SpS. Menurutnya, cara yang lebih mudah untuk menegakkan neuropati diabetik adalah dengan skoring uji klinis yang terdiri dari 15 pertanyaan subjektif, inspeksi deformitas kaki, refleks Achilles, dan tes monofilamen untuk mengukur sensasi pada kaki.
Presentasi selanjutnya di­bawakan oleh dr. Salim Haris, SpS, yang membahas tentang manajemen dan peranan mecobalamin untuk terapi neuropa­ti diabetik. Menurutnya, nyeri neuropati diabetik di­sebab­kan oleh dua hal, yaitu kerusakan saraf dan perbaikan saraf. Menurut penelitian Kashiwamura, manifestasi neuropati diabetik terutama disebabkan oleh kelainan pada vasa nervorum, yaitu pembuluh darah kecil yang menyuplai darah ke saraf. Hasil studi oleh Said G et al juga menyebutkan bahwa peningkatan proses perbaikan saraf juga dapat menimbulkan terjadinya nyeri. Hal ini karena adanya proses sprouting dalam regenerasi sel saraf yang dapat menstimulasi nyeri neu­rop­ati.
Menurut dr. Salim Haris, SpS, strategi pengobatan neuropati diabetik harus bersifat komprehensif, didasarkan pada tahapan yang dimulai dari terjadinya hiperglikemia hingga menimbulkan nyeri neuropati. Kondisi hiperglikemia pada pasien diabetes dapat me­nyebab­kan terjadinya proses oksida­si di mitokondria yang dampaknya adalah tidak ter­bentuk­nya energi sehingga terbentuk ROS (Reactive Oxygen Species). ROS ini menyebabkan kerusakan endotelium yang selanj­utnya menimbulkan rusak­nya vasa nervorum. Rusaknya vasa nervorum akan mengakibatkan degenerasi aksonal yang terjadi baik pada myelin mau­pun unmyelin. Selanjutnya, terja­di proses prositokin atau proinflamatori yang menimbul­kan kerusakan saraf hingga pada akhirnya menyebabkan nyeri neuropati diabetik.
Pengobatan dilakukan de­nga­n meningkatkan manajemen diabetes untuk mencegah hiperglikemia. Kemudian pemberian antioksidan pada kejadian ROS. Untuk menekan simptomatis nye­­ri digunakan ajuvan. Se­dang­­­kan untuk penyembuhan saraf serta regenerasi aksonal dapat digunakan mecobalamin.
Mecobalamin adalah bentuk aktif dari vitamin B12 atau cyanocobalamin. Perlu dibeda­kan bahwa mecobalamin merupakan bentuk vitamin B12 yang sudah aktif dimana proses absorpsi vitamin B12 yang belum aktif dimulai di dalam lambung dan diperlukan faktor instrinsik (IF) yang dihasilkan oleh sel pariet­al lambung, beda dengan mecobalamin yang tidak membutuhkan IF dan bisa langsung diserap di duodenum dan langsung dapat digunakan oleh sel saraf, sehingga mecobalamin berperan aktif untuk mengobati neuropati diabetik secara neurofis­iologis. Dosis tinggi mecobalamin telah dipercaya dan dibuktikan sangat efektif untuk regenerasi sel saraf.
Suatu penelitian melibatkan 62 pasien dengan neuropati diabe­tik yang diberikan terapi mecobala­min dibandingkan dengan kontrol. Pemberian mecobalamin dilakukan secara intramuskular selama 3 kali seming­gu selama 4 minggu dan dilanjutkan dengan 500 mg secar­a oral 3 kali sehari. Menun­jukkan hasil yang signifikan dalam perbaikan kondisi neu­rop­ati diabetik antara sebelum dan sesudah peng­ob­­atan mecobalamin diban­ding­kan dengan kontrol. Dari hasil ini, dr. Salim Haris, SpS, menyaran­kan agar pengobatan dengan mecobalamin sebaiknya diawali dengan injeksi 3 kali seminggu selama 4 minggu dan dilanjut­kan dengan 500 mg 3 kali sehari selama 2 bulan. Pada saat injeksi mecobalamin sebaiknya dilaku­kan di ruang yang gelap karena mecobalamin muda­h rusak apabila terkena cahay­a. u (KK)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar