Mecobalamin untuk Terapi Neuropati Diabetik
Nyeri neuropati diabetik merupakan komplikasi yang umum terjadi
pada pasien diabetes, terutama yang telah mengalami diabetes dalam
waktu yang lama. Sebanyak 60-70% pasien diabetes, baik tipe 1 maupun
tipe 2, mengalami komplikasi saraf tepi ringan hingga berat. Komplikasi
neuropati diabetik diawali dengan nyeri ringan atau kesemutan hingga
akhirnya bisa terjadi konsekuensi yang cukup fatal seperti amputasi.
Demikian disampaikan oleh dr. Ahmad Yanuar, SpS mengawali presentasinya pada simposium dengan topik “Painful Diabetic Neuropathy”.
Simposium ini merupakan bagian dari kegiatan Kursus Penyegar dan
Penambah Ilmu Kedokteran (KPPIK) Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia pada Minggu, 1 Juni 2014, di Hotel Shangri-La, Jakarta.
Menurut
dr. Ahmad Yanuar, SpS, terdapat beberapa klasifikasi neuropati
diabetik, tetapi yang paling banyak dijumpai adalah distal simetrik
polineuropati. Gejalanya bersifat simetris dan berlangsung kronis.
Biasanya dimulai dengan adanya gangguan pada serabut-serabut halus (small fiber)
disertai keluhan nyeri, kesemutan, rasa panas, dan alodinia pada bagian
distal tungkai. Kondisi ini juga kerap memudahkan terjadinya ulkus pada
kaki sehingga meningkatkan risiko amputasi. Selanjutnya, neuropati
dapat mengenai saraf otonom dengan gejala hipotensi postular, irama
jantung tidak teratur, disfungsi ereksi, serta mual atau diare.
Pasien yang dicurigai mengalami neuropati
diabetik yaitu pasien dengan kontrol gula darah yang buruk, pasien yang
telah lama menderita diabetes, dan pasien yang memiliki faktor risiko
lain seperti merokok dan alkoholik. Durasi sangat menentukan
timbulnya neuropati diabetik. Menurut data, pada awal diagnosis diabetes
angka kejadiannya kurang dari 10%, tetapi setelah 10 tahun angka
kejadiannya meningkat hingga 40%.
Pendekatan diagnostik neuropati diabetik
dapat dilakukan dengan pemeriksaan neurologis untuk melihat adanya
perbedaan yang jelas antara orang normal dengan penderita diabetes.
“Pemeriksaan yang lebih sensitif lagi untuk menilai adanya neuropati
diabetik yaitu menggunakan Nerve Conduction Studies,
tetapi jarang dijumpai pada praktik sehari-hari,” ungkap dr. Ahmad
Yanuar, SpS. Menurutnya, cara yang lebih mudah untuk menegakkan
neuropati diabetik adalah dengan skoring uji klinis yang terdiri dari 15
pertanyaan subjektif, inspeksi deformitas kaki, refleks Achilles, dan
tes monofilamen untuk mengukur sensasi pada kaki.
Presentasi selanjutnya dibawakan oleh dr.
Salim Haris, SpS, yang membahas tentang manajemen dan peranan
mecobalamin untuk terapi neuropati diabetik. Menurutnya, nyeri
neuropati diabetik disebabkan oleh dua hal, yaitu kerusakan saraf dan
perbaikan saraf. Menurut penelitian Kashiwamura, manifestasi neuropati
diabetik terutama disebabkan oleh kelainan pada vasa nervorum, yaitu
pembuluh darah kecil yang menyuplai darah ke saraf. Hasil studi oleh
Said G et al juga menyebutkan bahwa peningkatan proses perbaikan saraf juga dapat menimbulkan terjadinya nyeri. Hal ini karena adanya proses sprouting dalam regenerasi sel saraf yang dapat menstimulasi nyeri neuropati.
Menurut dr. Salim Haris, SpS, strategi
pengobatan neuropati diabetik harus bersifat komprehensif, didasarkan
pada tahapan yang dimulai dari terjadinya hiperglikemia hingga
menimbulkan nyeri neuropati. Kondisi hiperglikemia pada pasien diabetes
dapat menyebabkan terjadinya proses oksidasi di mitokondria yang
dampaknya adalah tidak terbentuknya energi sehingga terbentuk ROS (Reactive Oxygen Species).
ROS ini menyebabkan kerusakan endotelium yang selanjutnya menimbulkan
rusaknya vasa nervorum. Rusaknya vasa nervorum akan mengakibatkan
degenerasi aksonal yang terjadi baik pada myelin maupun unmyelin.
Selanjutnya, terjadi proses prositokin atau proinflamatori yang
menimbulkan kerusakan saraf hingga pada akhirnya menyebabkan nyeri
neuropati diabetik.
Pengobatan dilakukan dengan meningkatkan
manajemen diabetes untuk mencegah hiperglikemia. Kemudian pemberian
antioksidan pada kejadian ROS. Untuk menekan simptomatis nyeri
digunakan ajuvan. Sedangkan untuk penyembuhan saraf serta regenerasi
aksonal dapat digunakan mecobalamin.
Mecobalamin adalah bentuk aktif dari vitamin B12 atau cyanocobalamin.
Perlu dibedakan bahwa mecobalamin merupakan bentuk vitamin B12 yang
sudah aktif dimana proses absorpsi vitamin B12 yang belum aktif dimulai
di dalam lambung dan diperlukan faktor instrinsik (IF) yang dihasilkan
oleh sel parietal lambung, beda dengan mecobalamin yang tidak
membutuhkan IF dan bisa langsung diserap di duodenum dan langsung dapat
digunakan oleh sel saraf, sehingga mecobalamin berperan aktif untuk
mengobati neuropati diabetik secara neurofisiologis. Dosis tinggi
mecobalamin telah dipercaya dan dibuktikan sangat efektif untuk
regenerasi sel saraf.
Suatu penelitian melibatkan 62 pasien dengan neuropati diabetik yang
diberikan terapi mecobalamin dibandingkan dengan kontrol. Pemberian
mecobalamin dilakukan secara intramuskular selama 3 kali seminggu
selama 4 minggu dan dilanjutkan dengan 500 mg secara oral 3 kali
sehari. Menunjukkan hasil yang signifikan dalam perbaikan kondisi
neuropati diabetik antara sebelum dan sesudah pengobatan
mecobalamin dibandingkan dengan kontrol. Dari hasil ini, dr. Salim
Haris, SpS, menyarankan agar pengobatan dengan mecobalamin sebaiknya
diawali dengan injeksi 3 kali seminggu selama 4 minggu dan dilanjutkan
dengan 500 mg 3 kali sehari selama 2 bulan. Pada saat injeksi
mecobalamin sebaiknya dilakukan di ruang yang gelap karena mecobalamin
mudah rusak apabila terkena cahaya. u (KK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar