triamcinolene
Komposisi:
Tiap tablet mengandung: Triamcinolone 4 mg
Farmakologi:
Triamcinolone bekerja terutama sebagai glukokortikoid dan mempunyai
daya antiinflamasi yang kuat, mempunyai efek hormonal dan metabolik
seperti kortison. Aktivitas glukokortikoid menyebabkan peningkatan
glukoneogenesis dan penurunan penggunaan glukosa secara efektif di dalam
jaringan. Katabolisme protein dipercepat dan sintesis dari protein
makanan diturunkan meskipun efek keseluruhan pada keseimbangan nitrogen
tergantung pada faktor lain termasuk diet, dosis dan lama pengobatan.
Glukokortikoid alami (hidrokortison dan kortison), yang juga bersifat
meretensi garam, digunakan sebagai terapi pengganti pada kondisi
defisiensi adrenokortikal. Triamcinolone berbeda dengan glukokortikoid
alami, yaitu dalam hal efek antiinflamasi dan glukoneogenesis yang lebih
besar dan sifat meretensi garamnya yang lebih sedikit.
Farmakokinetik
Triamcinolone diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian dosis oral.
Konsentrasi puncak setelah pemberian oral dicapai dalam waktu 1-2 jam.
Triamcinolone terikat albumin plasma lebih sedikit dari pada
hidrokortison. Triamcinolone dapat melewati plasenta. Waktu paruh plasma
sekitar 5 jam dan waktu paruh biologis adalah 18-36 jam.
Indikasi:
Pengobatan pada kondisi berikut:
Gangguan endokrin
Insufisiensi adrenokortikal primer atau sekunder (hidrokortison atau
kortison merupakan obat pilihan meskipun analog sintetiknya dapat
digunakan bersamaan dengan mineralokortikoid pada kondisi yang cocok,
suplementasi mineralokortikoid penting untuk mengobati bayi dengan
kondisi ini); hiperplasia adrenal kongenital, tiroiditis nonsupuratif,
dan hiperkalsemia yang berhubungan dengan kanker.
Gangguan rematik
Sebagai terapi tambahan untuk pemberian jangka pendek (membantu pasien
melalui episode akut atau eksaserbasi) pada artritis psoriasis, artritis
reumatoid (untuk kasus tertentu memerlukan terapi dengan dosis
pemeliharaan rendah); ankylosing spondylitis; bursitis akut dan subakut,
tenosinovitis akut nonspesifik; gouty arthritis akut; post traumatic
osteoarthritis; sinovitis pada osteoartritis; dan epikondilitis.
Penyakit kolagen
Digunakan pada saat eksaserbasi atau sebagai terapi pemeliharaan pada
kasus tertentu systemic lupus erythematosus dan reumatik karditis akut.
Penyakit dermatologi
Pemfigus, bullous dermatitis herpetiformis, erythema multiforme yang
berat (sindrom Steven-Johnson), dermatitis eksfoliatif, mycosis
fungoides dan psoriasis berat.
Keadaan alergi
Untuk mengontrol seasonal atau perennial allergic rhinitis, asma
bronkial, dermatitis kontak, atopik dermatitis, serum sickness,
angioedema dan urtikaria berat (tidak mampu melakukan kegiatan
sehari-hari) dan tidak berhasil diatasi dengan pengobatan konvensional
yang adekuat.
Penyakit mata
Alergi akut dan kronik yang berat dan proses inflamasi pada mata dan
bagian mata yang lain, seperti konjungtivitis alergi, keratitis,
allergic corneal marginal ulcers, herpes zoster, ophthalmicus, iritis
dan iridocyclitis, choriorenitis, inflamasi segmen anterior, diffuse
posterior uveitis dan choroiditis, optic neuritis dan sympathetic
ophthalmia.
Penyakit pernafasan
Sarkoidosis simtomatik, sindrom Loeffler.s yang tidak dapat ditangani
dengan cara lain, beriliosis, tuberkulosis paru fulminan atau meyebar
ketika secara bersamaan dilakukan kemoterapi antituberkulosis, emfisema
pulmonari di mana bronkospasme atau bronchial edema mempunyai peran yang
signifikan dan diffuse interstitial pulmonary fibrosis (sindrom
Hamman-Rich).
Gangguan hematologi
Idiopatik dan trombositopenia sekunder pada orang dewasa, acquired
(auto- immune) hemolytic anemia, eritroblastopenia (RBC anemia) dan
anemia hipoplastik kongenital (erythroid).
Penyakit neoplastik
Untuk penatalaksanaan paliatif leukemia dan limfoma pada dewasa dan
leukemia akut pada anak-anak. Keadaan edema Untuk merangsang diuresis
atau remisi proteinuria pada sindrom nefrotik (non-uremic, tipe
idiopatik atau yang disebabkan oleh lupus erythematosus) dan digunakan
bersama dengan obat-obat diuretik, untuk merangsang diuresis pada gagal
jantung kongestif yang refrakter dan sirosis hati dengan asites
refrakter.
Penyakit gastrointestinal
Untuk membantu pasien melalui masa kritis penyakit ulcerative colitis,
regional enteritis dan sariawan (sprue) yang sulit disembuhkan.
Lain-lain
Reaksi inflamasi pasca operasi gigi dan meningitis tuberkulosis dengan
blok subarachnoid atau blok yang terjadi jika diberikan bersamaan dengan
kemoterapi antituberkulosis.
Kontraindikasi:
· Pasien dengan infeksi jamur sistemik. · Pasien yang hipersensitif terhadap obat atau komponennya.
Dosis dan cara pemberian:
Dosis awal tablet triamcinolone dapat bervariasi dari 4-48 mg/hari
tergantung dari penyakit spesifik tertentu yang sedang diobati. Pada
kondisi yang tidak begitu berat, dosis yang lebih rendah umumnya cukup,
sedangkan untuk pasien tertentu mungkin diperlukan dosis awal yang lebih
tinggi. Dosis awal harus dipertahankan atau disesuaikan sampai dicapai
respon yang memuaskan. Jika setelah beberapa waktu respon klinis yang
didapat kurang memuaskan, kortikosteroid harus dihentikan dan diganti
dengan terapi lain yang tepat. Harus ditegaskan bahwa dosis yang
dibutuhkan bersifat variabel dan harus disesuaikan secara individual
tergantung penyakit yang diobati dan respon pasien.
Untuk bayi dan anak-anak:
Dosis yang direkomendasikan harus diatur dengan pertimbangan yang sama
seperti di atas dari pada dengan aturan yang ketat terhadap rasio usia
atau berat badan. Setelah dicapai respon yang baik, harus ditentukan
dosis pemeliharaan yang tepat dengan cara penurunan dosis awal dengan
sedikit penambahan pada interval waktu yang tepat sampai tercapai dosis
terendah yang dapat mempertahankan respon klinik adekuat yang telah
dicapai.
Harus selalu diingat bahwa monitoring dosis obat harus selalu
dilakukan. Penyesuaian dosis diperlukan jika terdapat perubahan pada
status klinis pasien, respon individu pasien erubah atau pasien dalam
kondisi yang penuh tekanan yang tidak berhubungan langsung dengan
penyakit yang sedang diobati. Pada situasi ini mungkin perlu untuk
meningkatkan dosis triamcinolone selama periode waktu yang sesuai dengan
kondisi pasien. Jika setelah terapi jangka panjang obat dihentikan,
dianjurkan penghentian obat dilakukan secara gradual bukan dengan
tiba-tiba. Terapi hormon merupakan terapi tambahan dan tidak untuk
mengganti terapi konvensional.
Untuk mengganti pengobatan pasien dari kortikosteroid lain:
Triamcinolone 4 mg pada awal pemberian sebagai pengganti cortisone 25
mg, hydrocortisone 20 mg, prednisone 5 mg, prednisolone 5 mg,
methylprednisolone 4 mg, dexamethasone 0,75 mg, betamethasone 0,6 mg and
paramethasone 2 mg. Setelah itu, dosis harus disesuaikan menurut respon
individu.
Peringatan dan perhatian:
Peringatan
· Penggunaan pada wanita hamil dan menyusui:
Karena studi reproduksi manusia yang adekuat belum dilakukan dengan
kortikosteroid, penggunaan obat ini pada wanita hamil, ibu menyusui atau
wanita usia subur harus mempertimbangkan keuntungan dari penggunaan
obat dibanding dengan potensi bahaya bagi ibu, embrio, fetus atau bayi
yang menyusu.
· Bayi yang dilahirkan dari ibu yang mendapat obat kortikosteroid
selama hamil, harus diamati dengan hati-hati terhadap timbulnya
tanda-tanda hipoadrenalisme.
· Pada pasien yang mendapat terapi kortikosteroid karena stres yang
tidak biasa, diindikasikan peningkatan dosis kortikosteroid kerja cepat
sebelum, selama dan setelah kondisi stres.
· Kortikosteroid dapat menutupi beberapa gejala infeksi dan infeksi
baru dapat muncul selama penggunaannya. Ketika kortikosteroid digunakan
dapat terjadi penurunan resistensi dan ketidakmampuan untuk melokalisir
infeksi. Jika selama terapi kortikosteroid terjadi infeksi, hal tersebut
harus segera dikontrol dengan terapi antimikroba yang sesuai.
· Penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat menimbulkan
posterior subcapsular cataracts, glaukoma yang dapat menimbulkan
kerusakan pada saraf optik dan dapat meningkatkan infeksi okular
sekunder yang disebabkan oleh jamur atau virus.
· Retensi garam dan air sebagaimana juga peningkatan ekskresi kalium
dapat terjadi, meskipun jarang terjadi pada derivat sintesis seperti
triamcinolone dibanding hidrokortison atau kortison, kecuali jika
digunakan pada dosis besar. Diet garam dan suplementasi kalium
diperlukan. Semua kortikosteroid meningkatkan ekskresi kalium.
· Pada saat terapi kortikosteroid, pasien tidak boleh divaksinasi
cacar air. Prosedur imunisasi yang lain tidak boleh dilakukan pada
pasien yang mendapat kortikosteroid, khususnya pada dosis tinggi, karena
kemungkinan bahaya komplikasi neurologi dan berkurangnya respon
antibodi.
· Penggunaan triamcinolone pada tuberkulosis aktif harus dibatasi
pada kasus-kasus tuberkulosis yang fulminan atau yang menyebar di mana
kortikosteroid digunakan untuk penatalaksanaan penyakit bersamaan dengan
regimen antituberkulosis yang tepat.
· Jika kortikosteroid diindikasikan untuk pasien dengan tuberkulosis
laten atau reaktivasi tuberkulin, perlu dilakukan observasi yang ketat
karena dapat terjadi reaktivasi penyakit. Selama terapi kortikosteroid
jangka panjang, pasien harus mendapat kemoterapi.
· Triamcinolone dosis besar mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menimbulkan miopati proksimal.
Perhatian
· Seperti pada semua kortikosteroid, pasien harus diamati peningkatan
berat badannya, edema, hipertensi, dan ekskresi kalium yang berlebihan,
seperti adanya tanda efek samping steroid adrenokortikal yang kurang
jelas. Asupan protein yang banyak penting selama terapi jangka panjang.
· Insufisiensi adrenokortikal sekunder yang diinduksi obat dapat
diminimalkan dengan cara mengurangi dosis secara perlahan-lahan. Tipe
insufisiensi relatif ini dapat menetap selama berbulan-bulan setelah
penghentian terapi. Oleh karena itu, pada setiap situasi stres (seperti
trauma, pembedahan atau penyakit berat) yang terjadi selama periode itu,
harus dilakukan terapi hormone kembali. Karena sekresi
mineralokortikoid dapat terganggu, garam dan/atau mineralokortikoid
harus dihentikan secara bersamaan.
· Ada peningkatan efek kortikosteroid pada pasien hipotiroidisme dan sirosis.
· Kortikosteroid harus diberikan secara hati-hati pada pasien ocular
herpes simplex karena kemungkinan dapat menimbulkan perforasi kornea.
· Harus digunakan dosis terendah kortikosteroid yang mungkin untuk
mengontrol kondisi yang diobati. Jika memungkinkan dilakukan pengurangan
dosis secara gradual.
· Gangguan psikis dapat terjadi ketika kortikosteroid digunakan,
mulai dari euforia, insomnia, mood swings, perubahan kepribadian, dan
depresi berat, sampai manifestasi psikosis yang jelas. Ketidakstabilan
emosi yang sudah ada atau tendensi psikotik dapat diperburuk oleh
kortikosteroid.
· Pemberian secara bersamaan salisilat dengan kortikosteroid harus hati-hati pada hipoprotrombinemia.
· Kortikosteroid harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
ulcerative colitis yang tidak spesifik jika terdapat kemungkinan terjadi
perforasi, abses atau infeksi piogenik lain. Kortikosteroid juga harus
digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan diverkulitis, fresh
intestinal anastomoses, ulkus peptikum aktif atau laten, insufisiensi
ginjal, hipertensi, osteoporosis, glomerulonefritis akut, vaccinia,
varicella, exanthema, sindrom Cushing, infeksi resisten antibiotik,
diabetes melitus, gagal jantung kongestif, nefritis kronik,
kecenderungan tromboembolik, tromboflebitis, gangguan konvulsi, kanker
metastase dan myasthenia gravis.
· Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak pada terapi kortikosteroid jangka panjang harus diamati dengan hati-hati.
· Ketidakteraturan menstruasi dapat terjadi dan kemungkinan ini harus dijelaskan kepada pasien wanita past menarche.
· Triamcinolone, seperti glukokortikoid lain, dapat memperburuk
diabetes sehingga diperlukan insulin atau obat hipoglikemik dengan dosis
yang lebih tinggi. Triamcinolone dapat mencetuskan manifestasi diabetes
melitus laten. Setelah penghentian terapi kortikosteroid, perlu
dilakukan pengawasan lebih lanjut pada pasien karena terdapat
kemungkinan manifestasi berat dari penyakit yang diobati muncul kembali
secara tiba-tiba pada pasien yang dirawat.
Efek samping:
Pasien yang mendapat kortikosteroid harus diamati secara ketat terhadap
efek samping di bawah ini yang mungkin berhubungan dengan terapi
kortikosteroid:
Gangguan cairan dan elektrolit
Retensi natrium, retensi cairan, gagal jantung kongestif pada pasien
yang rentan, kehilangan kalium, alkalosis hipokalemia, dan hipertensi.
Muskuloskeletal
Kelemahan otot, fatigue, miopati steroid, kehilangan massa otot,
osteoporosis, vertebral compression fracture, nekrosis aseptik kaput
tulang paha dan humerus, fraktur patologi dari tulang panjang dan
fraktur spontan.
Gastrointestinal
Ulkus peptikum dengan kemungkinan diikuti perforasi dan perdarahan, pankreatitis, distensi abdomen dan ulcerative esophagitis.
Dermatologi
Gangguan penyembuhan luka, kulit yang rapuh dan tipis, ptechiae dan
ekimosis, eritema wajah, berkeringat berlebihan, atrofi lemak subkutan,
purpura, striae, hiperpigmentasi, hirsutisme, erupsi jerawat, dan
ditekannya reaksi terhadap tes alergi.
Neurologi
Konvulsi, peningkatan tekanan intrakranial dengan papiledema
(pseudotumor cerebri) biasanya setelah pengobatan, vertigo, sakit kepala
dan memburuknya kondisi psikiatrik yang sudah ada.
Endokrin
Ketidakteraturan menstruasi, timbulnya keadaan chusingoid, supresi
pertumbuhan pada anak, tidak beresponnya adrenokortikal dan pituitari
sekunder, khususnya pada waktu stres (contohnya trauma, pembedahan atau
kondisi sakit), penurunan toleransi karbohidrat, manifestasi diabetes
melitus laten dan peningkatan kebutuhan insulin atau obat hipoglikemik
oral pada keadaan diabetes.
Mata
Posterior subcapsular cataract, peningkatan tekanan intraokular, glaukoma dan exophthalmos.
Metabolik
Hiperglikemia, glikosuria dan keseimbangan nitrogen negatif disebabkan oleh katabolisme protein.
Lain-lain
Necrotizing angitis, tromboflebitis, tromboembolisme, memburuknya
infeksi atau menutupi gejala infeksi, insomnia, episode sinkop dan
reaksi anafilaktoid.
Interaksi obat:
Interaksi yang berpotensi berbahaya
Kombinasi kortikosteroid dengan obat anti-inflamasi nonsteroid
meningkatkan risiko terjadinya ulkus peptikum dan perdarahan
gastrointestinal.
Interaksi signifikan lainnya
Kortikosteroid dilaporkan menimbulkan antagonis pada blokade
neuromuskular yang disebabkan oleh pancuronium. Risiko hipokalemia dapat
meningkat jika triamcinolone diberikan secara bersamaan dengan
simpatomimetik dan teofilin yang dapat menurunkan kalium plasma dan
dengan diuretik yang tidak hemat kalium, hipokalemia juga dapat
memperkuat efek glikosida jantung. Efek diabetogenik kortikosteroid akan
mengganggu kontrol glukosa darah dengan insulin dan obat hipoglikemik
oral.
Overdosis:
Penggunaan secara tidak disengaja kortikosteroid dosis tunggal yang
berlebihan tidak menyebabkan efek yang serius, tetapi semua gejala yang
terjadi harus diberikan terapi simtomatis.
Kemasan dan nomor registrasi:
Kotak, 10 strip @ 10 tablet; DKL
HARUS DENGAN RESEP DOKTER SIMPAN PADA SUHU DIBAWAH 30°C, TERLINDUNG DARI CAHAYA